February 4, 2011

Tarian Dewi


sebut saja aku berada dalam ruang gelap
hanya cahaya merona hadir dari balik jendela..
dimana angin menjuntai kain putih yang tersingkap
duduk sendiri,
namun masih terpejam
terhenyak aku membukakan mata
karena ada melody lagu
terlantunkan dalam telingaku
sewaktu itu juga
seseorang wanita perlahan berjalan melangkah
hadir di depanku
dia berhenti
lalu tersenyum
berpakaian putih
perlahan tangan lembutnya berlegok
sesuai irama
perlahan tubuh indahnya berlegak
menari dihadapanku
kucoba menikmati keindahan
itu..
hari demi hari
dan masa pun berganti
perlahan dia tak gesit seperti yang dulu
dia tak secantik seperti yang dulu
gaun putih lusuh
dia telah berubah..
namun ada sesuatu..
sesuatu yang nampak indah
masih seperti yang dulu
itu.. berada dalam denyut nadi
bersemayam dalam aliran nadi
perlahan dia terjatuh,..
tak kuat lagi menari..
aku mencoba untuk mendekatinya
“wahai lelaki, maafkan aku.. aku tak mampu lagi menari untukmu, mengindahkan hidupmu,..”
“wahai wanita seperti dewi.. tak perlu lagi km menari untukku,.. tak perlu kamu lakukan sesuatu.. km adalah keindahan itu..”
“wahai lelaki ada yang ingin kutanyakan padamu.. entah mengapa kamu hanya duduk melihatku.,, aku menunggumu untuk menari bersamaku”
“wahai wanita seperti dewi.. kamu telah menari bersamaku.. sejak pertama kamu tersenyum padaku.. jiwaku ada padamu.. dan kamu tak pernah menari sendiri.. mengapa kau tak katakan padaku, jika kau inginkan ragaku menari bersamamu? ahk.. sudahlah.. menarilah denganku saat ini juga..”
sesaat itu pula aku tertidur di sampingnya..
menikmati wajahnya.. menua..
tenggelam dalam alunan melody usang..
terpejam bersama..
hingga jiwa ini keluar dari raga..
bersama menari untuk selamanya…